Monday, November 23, 2009

Mengapa BELAJAR FILSAFAT_Franz Guterres

Mengapa saya belajar Filsafat?

By Franz Guterres Alias Metakai

Mahasiswa Hubungan Internasional FISIP UNPAS Smst V

Pada dasarnya hinga saat ini filsafat masih dipandang dari berbagai sudut yang berbeda dan kadang-kadang diterapakan secara tidak tepat terutama dikalagan awam. Ada pihak yang memandang filsafat sebagai wacana yang tidak berhubugan dengan masalah kehidupan sehari – hari. Presepsi seperti ini dibicarakan di kalangan orang–orang khusus yang “gagal”. Dalam pemahaman ini filsafat tidak lain sebagai pertunjukkan absubd, tidak jelas arah dan tujuanya. Akan tetapi pemahaman filasafat seperti ini digunakan oleh mereka yang tidak mampu berfikir secara wajar, tepat, dan benar, juga sebagai tempat persembuyian ketidakmampuan intelektualnya. Akibat dari presepsi itulah filsafat menjadi pembicaraan yang tidak serius, ngelatur, tidak berjuang pangkal dan tidak berlandasan intelektual.

Presepsi tidak tepat tersebutlah mengambarkan seluruh presepsi tidak utuh tentang presepsi filsafat. Namun keseluruhan merupakan perbincangan filsafat pada sisi ekstrim.

Oleh karena itu, diperlukan pemahaman baku dengan sesuai dengan isi dan cara mengemukakan presepsi mengenai filsafat secara tepat berdasarkan pengertian, pemahaman dan defenisi yang jelas.

Banyak orang mengatakan bahwa filsafat seolah–olah merupakan perbincangan tentang agama, norma, nilai, dan moral sehinga ahli filsafat dianggap juga sebagai ahli dalam bidang agama,moral,budya,dan kesenian atau sastra merupakan permaslahan dari filsafat. Akan tetapi filsafat berbeda dengan agama ataupun permsalahan filsafat lainya.

Ada beberapa alasan yang mendasari pikiran saya kenapa saya harus berfilsafat :

sebenarnya setiap ada yang nanya saya bingung harus jawab apa, karena:
pertama. kalian serius nggak sih nanyanya? yakin mau jawaban panjang lebar kayak yang diterangkan sama dosen saya di depan kelas?
kedua. suer deh, nanya kenapa saya milih ikut kelas filsafat nggak bisa disamain dengan mood nanya saya udah makan apa belum yang selintas mirip basa-basi.
pada dasarnya hal – hal yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari itu adalah hal yang mempertayakan apakah apa yang diutarakan oleh orang tersebut benar gak? Pasti gak? Tepat gak? Cara berpikirnya terarah gak? Hal – hal itulah yang membuat orang harus berlogika dan berepistemologi yang benar.

Alasan – alasan yang mendasari diantaranya adalah :

a) saya pilih ikut kelas filsafat bukan atas dasar motivasi prestasi apalagi untuk dijadikan profesi atau mungkin... saya krisis iman? saya nggak percaya tuhan lagi? saya agnostik? orang yang belajar filsafat sering dapat stereotipe begitu. krisis iman dan setengah gila. untungnya saya udah nggak peduli apa kata orang.

b) kenapa saya belajar filsafat adalah karena dalam filsafat tidak menyinggung atau membahas wahyu-wahyu dalam agama. filsafat tidak menilai wahyu dalam agama mana yang lebih benar atau mana yang salah. dalam kelas filsafat ada keindahan yang sesungguhnya.

c) saya punya banyak pertanyaan tapi saya tidak suka mikir. semua pasti setuju kalau mikir itu bikin capek. Dasar pertayaannya adalah"saya hidup mau ngapain sih?" atau "penting nggak sih punya duit banyak?" atau "kalau saya mati nanti saya pengen dikenang sebagai orang baik, bukan orang kaya raya, tapi jadi baik caranya gimana?"

Tapi, jangan heran, sebab filsafat ternyata mengajarkan kita untuk bertanya terlebih dahulu sebelum sampai di wilayah filsafat itu sendiri. Kalau kita sudah membuat satu pertanyaan penting dalam hidup kita, maka kita akan berjalan menuju wilayah filsafat dengan pasti. Jadi, sudahkah Anda membuat pertanyaan itu? ;-)
Misalnya begini. Apakah yang dinamakan blog itu?
Secara sederhana tentu kita dapat menjawab bahwa blog adalah "satu tempat di mana kita dapat berekspresi secara bebas di dunia digital". Atau, mungkin Anda punya jawaban ini, blog adalah "diari elektronik".

Nah, dari pertanyaan sederhana tentang blog saja kita sudah mendapat dua jawaban yang berbeda. Jawaban pertama kayaknya terlalu formal, dan jawaban yang kedua lebih mudah kita ingat. Ini sudah menimbulkan sedikit masalah sebenarnya, karena kita mungkin bingung untuk memilih jawaban yang pertama apa jawaban kedua. Atau, malah Anda punya jawaban lain?
Bertambahnya jawaban, walaupun hanya satu, menandakan bahwa pikiran kita yang bingung mulai berkembang untuk mengatasi masalah tersebut. Ada jawaban A, B, hingga Z mungkin. Oleh karenanya, dibutuhkan kemauan dan kesanggupan kita untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam konteks ini, filsafat sebenarnya membantu kita untuk menata persoalan. Dalam kasus di atas, kalau kita memiliki jawaban lain yang mengatakan bahwa blog itu adalah "cara baru untuk bertegur sapa", kenapa ga kita coba aja membandingkannya dengan jawaban di atas.


Blog adalah "satu tempat di mana kita dapat berekspresi secara bebas di dunia digital".

Blog adalah "diari elektronik".

Blog adalah "cara baru untuk bertegur sapa".

Tiga pengertian ini kalau kita ambil yang pokoknya akan terdiri dari beberapa istilah penting, yaitu: "tempat", "ekspresi", "bebas", "dunia digital", "diari", "elektronik", "cara", dan "tegur sapa". Istilah-istilah ini kan bisa kita rangkai lagi menjadi pengertian baru menjadi:

Blog adalah "cara berekspresi di dunia digital atau diari yang kita buat secara elektronik dan menjadi tempat untuk bertegur sapa dengan bebas".

Nah lho! Muncul deh jawaban baru yang merangkum semua jawaban. Inilah gambaran sederhana bagaimana kita berfilsafat. Seperti yang sudah saya singgung dalam posting sebelumnya, filsafat itu adalah "cara untuk memahami sesuatu". Itu sudah kita terapkan pada langkah-langkah kita untuk menyarikan jawaban baru untuk pengertian blog dari tiga jawaban sebelumnya.

So, inilah salah satu alasan kenapa kita belajar filsafat. Kita kan butuh satu cara untuk lebih memahami masalah-masalah kita; memahami keluarga, saudara, kerabat, sahabat, teman, teman dekat, pacar, "selingkuhan" (ni kalo punya lho! tapi dilarang keras menggunakan filsafat untuk mendapatkan selingkuhan y? hehe ...), kolega, orang asing, orang utan, dan macam-macam orang yang sejenis dengan "manusia"; juga yang terpenting memahami tujuan hidup kita sendiri.

Pada tingkat yang lebih jauh, dengan belajar filsafat atau tepatnya belajar memahami secara lebih baik, kita tidak akan menjadi egois alias mengaku yang paling benar. Kalau ada di antara kita yang tukang nyalahin orang itu berarti dia belum belajar filsafat. Dia hanya "belajar teori filsafat". Jadi, maukah Anda belajar filsafat bersama saya?

No comments: